tkpgila[dot]blogspot[dot]com
Sekitar tujuh pesawat tercatat jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat, dalam waktu kurang dari 20 tahun. Terakhir, pesawat buatan Rusia Sukhoi Superjet 100 menabrak gunung dengan tinggi sekitar 7.000 kaki itu pada Rabu (9/5) lalu.
Sejauh ini memang belum diketahui pasti mengapa pesawat sering tersandung di gunung yang selalu dikaitkan mitos angker itu. Padahal gunung itu disebut-sebut cukup bersahabat bagi sebagian pilot. Tak jarang latih militer pun dilakukan di gunung itu.
Adalah Komandan Pangkalan Udara Husein Sastranegara Bandung, Kolonel (PNB) Umar Sugeng, yang sudah tak asing dengan gunung yang juga selalu dikaitkan dengan kisah Prabu Siliwangi itu.
"Sudah ratusan kali bahkan hampir ribuan saya melintas gunung itu. Tapi tidak ada wilayah misterius atau angker kecuali segitiga bermuda yang merupakan pusat gravitasi," ujarnya, Kamis (17/5).
Dia pun menyangkal anggapan banyak orang bahwa gunung itu memiliki magnet sehingga pesawat yang melintas di udara pun akan terbawa.
"Di Indonesia itu tidak ada gunung seperti itu. Semua daerah di Indonesia sudah terdeteksi. Itu hanya sebuah cerita saja," terangnya.
Mengenai anggapan Sukhoi yang jatuh karena pilot mendadak menurunkan pesawat dari 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki, Umar enggan berandai-andai. Menurut mantan Komandan Skadron Udara-2 Halim Perdana Kusuma itu, hanya KNKT yang bisa menjawab.
Namun jika melihat spesifikasi pesawat yang canggih, Umar hanya menyebut nasiblah yang menjadikan pesawat itu nahas.
"Nahas saja, karena jika lihat sepak terjang pilot dia (pilot Sukhoi Alexander Yablontsev) pilot hebat. Jam terbang pun jauh di atas saya. Apalagi Sukhoi pesawat canggih," ungkapnya.
Namun bagi masyarakat sekitar, Gunung Salak bukan hanya sebuah tumpukan batu dan hutan belantara, tetapi juga memiliki cerita gaib. Gunung itu pun selalu dikaitkan dengan Prabu Siliwangi dan harta karun.
"Kalau masyarakat menilai seperti itu ya ga apa-apa, tetapi dalam istilah penerbangan di Indonesia tidak ada istilah seperti itu," tandasnya.
Sekitar tujuh pesawat tercatat jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat, dalam waktu kurang dari 20 tahun. Terakhir, pesawat buatan Rusia Sukhoi Superjet 100 menabrak gunung dengan tinggi sekitar 7.000 kaki itu pada Rabu (9/5) lalu.
Sejauh ini memang belum diketahui pasti mengapa pesawat sering tersandung di gunung yang selalu dikaitkan mitos angker itu. Padahal gunung itu disebut-sebut cukup bersahabat bagi sebagian pilot. Tak jarang latih militer pun dilakukan di gunung itu.
Adalah Komandan Pangkalan Udara Husein Sastranegara Bandung, Kolonel (PNB) Umar Sugeng, yang sudah tak asing dengan gunung yang juga selalu dikaitkan dengan kisah Prabu Siliwangi itu.
"Sudah ratusan kali bahkan hampir ribuan saya melintas gunung itu. Tapi tidak ada wilayah misterius atau angker kecuali segitiga bermuda yang merupakan pusat gravitasi," ujarnya, Kamis (17/5).
Dia pun menyangkal anggapan banyak orang bahwa gunung itu memiliki magnet sehingga pesawat yang melintas di udara pun akan terbawa.
"Di Indonesia itu tidak ada gunung seperti itu. Semua daerah di Indonesia sudah terdeteksi. Itu hanya sebuah cerita saja," terangnya.
Mengenai anggapan Sukhoi yang jatuh karena pilot mendadak menurunkan pesawat dari 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki, Umar enggan berandai-andai. Menurut mantan Komandan Skadron Udara-2 Halim Perdana Kusuma itu, hanya KNKT yang bisa menjawab.
Namun jika melihat spesifikasi pesawat yang canggih, Umar hanya menyebut nasiblah yang menjadikan pesawat itu nahas.
"Nahas saja, karena jika lihat sepak terjang pilot dia (pilot Sukhoi Alexander Yablontsev) pilot hebat. Jam terbang pun jauh di atas saya. Apalagi Sukhoi pesawat canggih," ungkapnya.
Namun bagi masyarakat sekitar, Gunung Salak bukan hanya sebuah tumpukan batu dan hutan belantara, tetapi juga memiliki cerita gaib. Gunung itu pun selalu dikaitkan dengan Prabu Siliwangi dan harta karun.
"Kalau masyarakat menilai seperti itu ya ga apa-apa, tetapi dalam istilah penerbangan di Indonesia tidak ada istilah seperti itu," tandasnya.
SHARE THIS POST:
0 comments:
Post a Comment